Di Kampung Panas, Pulau Sedanau, saya mengunjungi seorang nenek yang sudah berumur 100 tahun, biasa dipanggil Wanha oleh warga sekitar. Beliau hidup sederhana, sendiri, dan tinggal di rumah yang atapnya sudah sangat memprihatinkan — bocor di sana-sini dan tidak layak lagi untuk menahan derasnya hujan.
Melihat kondisi itu, saya langsung tergerak untuk membantu. Dengan izin Allah, saya ikut memperbaiki atap rumah Wanha, agar beliau bisa tidur dan beristirahat dengan tenang, tanpa harus khawatir kehujanan di dalam rumahnya sendiri.
Saya juga memberikan sedikit santunan tunai sebesar Rp500.000 dan beberapa paket sembako untuk kebutuhan sehari-hari beliau. Tidak banyak memang, tapi saya berharap bisa meringankan beban dan menjadi bentuk kasih sayang dari saya pribadi kepada sosok sepuh yang telah melewati satu abad perjalanan hidup.
Bagi saya, kebahagiaan tidak selalu datang dari hal besar. Justru dari momen seperti inilah saya merasa paling dekat dengan nilai-nilai kemanusiaan. Saya percaya, kita tidak harus menjadi pejabat atau orang kaya untuk bisa membantu — cukup punya hati yang peduli dan mau turun langsung.
Lewat program “Balik Kampung, Bantu Kampung”, saya ingin terus hadir di tengah masyarakat, terutama bagi mereka yang sering terlewatkan: lansia yang hidup sendiri, anak yatim, janda tanpa penghasilan, atau keluarga kurang mampu yang butuh uluran tangan.
Semoga apa yang saya lakukan hari ini menjadi pengingat bahwa hidup bukan sekadar soal pencapaian pribadi, tapi tentang seberapa besar kita bisa memberi arti untuk orang lain.
Terima kasih untuk semua doa dan dukungan dari teman-teman dan saudara-saudara yang terus menguatkan langkah ini.
Salam hangat,
Bang Wan Safri (BWS)
“Balik Kampung, Bantu Kampung”